Mungkin Presiden yang paling sukses dalam mengelola komunikasi antara
dirinya sebagai “leader” dengan rakyatnya sebagai “follower” adalah Bung Karno.
Bung Karno tau betul filosofi untuk mencapai sukses dalam berkomunikasi
adalah “saling mengenal” dengan baik antara dua pihak yang berkepentingan.
Bung Karno sangat paham bahwa pada eranya, rakyat Indonesia membutuhkan
seorang pemimpin yang gagah, keren, necis, berkata lantang, berpengetahuan luas,
berani, mendunia serta memiliki visi. Disitulah dia memposisikan dirinya.
Walaupun, hal tersebut lebih kepada bahwa dirinya memang memiliki kesemuanya
itu.
Bung Karno, selalu tampil necis, rapih dan gagah dengan pakaian kebesaran
militer dan lengkap berikut bintang di pundak. Didadanya tersemat selalu Wing
Penerbang Kehormatan Kelas 1, terangkai dengan rentetan pita jasa yang warna
warni. Konon ada yang mengatakan, sampai sekarang ini, tidak ada satu pun
pemimpin dunia yang dapat bersaing dengan Bung karno dalam hal penampilannya.
Sosok seorang “leader” dari satu bangsa yang besar. Lihat penampilannya saat
bersamaan dengan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy, sang flamboyan itu
terlihat justru lebih berwibawa. Bung Karno selalu berhitung untuk selalu tampil
“prima”, “segar” dan “bergairah”. Begitu dirinya agak sakit sedikit saja yang
ditenggarai akan mengganggu sosok tampilannya, maka dia menghilang dari
panggung publik. Dia tidak pernah kelihatan “lemes”, apalagi “masuk angin”.
Untuk yang satu ini, sampai sekarangpun, orang kesulitan untuk memperoleh foto
Bung Karno yang sedang sakit .
Bung Karno, benar-benar telah memenuhi impian rakyat kecil akan keinginannya
untuk memiliki pemimpin yang “hebat” yang “bukan manusia biasa” yang
“superman”. Memenuhi akan mitos sosok pemimpin yang turun dari langit
Bung Karno selalu berkata lantang, terutama dalam banyak pidato-pidatonya.
Dia tidak pernah berpidato dalam nada yang “lembek”! Bahkan terkesan “galak”,
“Ini dadaku, mana dadamu ?!” Dia tidak hanya mengajak rakyatnya untuk berjuang
melawan kolonialisme, akan tetapi juga mengajak masyarakat dunia yang masih
dijajah. Ingat konferensi Asia Afrika yang telah menjadi sumber inspirasi
banyak rakyat Afrika untuk merdeka.
Mengenai pengetahuannya yang luas , sudah bersinar sejak diusia mudanya. Dan
tentang hal ini, dengan mudah tergambar dalam isi pidato-pidato maupun
tulisan-tulisannya. Dia seorang Insinyur, akan tetapi tulisannya jauh dari
membahas hal-hal berkait dengan ke-insinyurannya, jauh dari kompetensinya.
Tulisan-tulisannya justru menuangkan banyak hal yang “inspiring” tidak hanya
bagi rakyatnya tetapi juga bagi pemimpin-pemimpin dunia lainnya. Dia berbicara
banyak tentang perjuangan mencapai kehormatan sebagai bangsa.
Bung Karno, bahkan terkesan mengelola hal-hal mistik dan gaib yang beredar
dimasyarakat kebanyakan. Kita banyak tahu mengenai koleksi “tongkat komando”
nya, koleksi “keris” nya dan lain-lain yang konon ber “isi” kekuatan magis yang
memberikan “kharisma” bagi pemiliknya
Bung Karno meletakkan tidak hanya dasar-dasar dalam mendirikan negara, akan
tetapi juga menumpahkan “visi” nya kepada hal-hal yang fisik sifatnya.
Bagaimana ujud kota Jakarta tanpa sentuhan “art” yang sangat “visioner” dari
seorang Bung Karno? Mungkin sulit sekali untuk dapat dibayangkan. Bung Karno
membangun sejumlah “land mark” di kota Jakarta. Lihat Tugu Monas dengan puncak
emas nya, Masjid Istiqlal, Jalan raya Thamrin dan Soedirman, Gelora Bung karno
dan masih banyak lagi.
Dibidang militer, sampai sekarang pun, konon kabarnya : negara-negara
disekeliling Indonesia, membangun kekuatan perangnya adalah sebagai akibat dari
pernah hadirnya kekuatan militer yang luar biasa dari Angkatan Perang Republik
Indonesia jamannya Soekarno. Mereka membangun kekuatan perang, sebagai refleksi
ketakutannya terhadap Indonesia.
Sampai sekarang, kita belum melihat siapa yang dapat tampil sebagai padanan
beliau ini.
Namun, tentu saja dibalik kecemerlangannya, Bung Karno sebagai manusia yang
hidup di bumi, tidak bisa menghindar dari kodratnya. Yang maha kuasa telah
menciptakan apapun di dunia ini selalu berpasang-pasangan. Begitu seseorang
memiliki kelebihan, maka paralel dengan itu pastilah akan hadir
“kekurangan”nya.
Bung Karno, kini hanya tinggal kenangan. Semoga dia diampuni dosa-dosanya
dan ditempatkan ditempat yang layak disisinya. Amin.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kelebihan dan kekurangan seorang
Bung Karno ! Dan itu akan sangat bergantung kepada , bagaimana kualitas
terjalinnya “Komunikasi antara Presiden dan Rakyat” nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar