Soichiro anak sulung dari sembilan
bersaudara, namun hanya empat yang berhasil mencapai umur dewasa. Yang lain
meninggal semasa kanak-kanak akibat kekurangan obat dan juga akibat lingkungan
yang kumuh.Walaupun Gihei Honda miskin, namun ia suka pembaharuan. Ketika
muncul pipa sigaret modal Barat, ia tidak ragu-ragu mengganti pipa cigaret
tradisionalnya yang bengkok, tidak peduli para tetangganya menganggapnya aneh.
Rupanya sifat itu dan juga keterampilannya menangani mesin menurun pada anak
sulungnya.Sebelum masuk sekolah pun Soichiro sudah senang, membantu ayahnya di
bengkel besi. Ia juga sangat terpesona melihat dan mendengar dengum mesin
penggiling padi yang terletak beberapa kilometer dari desanya.Di sekolah
prestasinya rendah. Honda mengaku ulangan-ulangannya buruk. Ia tidak suka
membaca, sedangkan mengarang dirasakannya sangat sulit. Tidak jarang ia bolos. “Sampai
sekarang pun saya lebih efisien belajar dari TV daripada dari membaca. Kalau
saya membaca, tidak ada yang menempel di otak,” katanya.
|
|
Kecintaannya
kepada mesin, mungkin 'warisan' dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi
pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran
Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi
cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat
penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.Di situ,
lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya
ingin menyaksikan pesawat terbang. Ternyata, minatnya pada mesin, tidak
sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda
berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi,
benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari
keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya
rendah diri. Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka
Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam
soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput
dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang
permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu
kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.
Di Hamamatsu prestasi
kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel
lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali.
Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak
jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu,
hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji
itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan
diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang
pertama.
Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.
Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.
Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.
"Saya
merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali
penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya," ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia
jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan.
Penjelasan ini justru dianggap penghinaan. Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali. Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota.Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal. Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya.
Penjelasan ini justru dianggap penghinaan. Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali. Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota.Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal. Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya.
Dalam
keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka,
"sepeda motor" - cikal bakal lahirnya mobil Honda - itu diminati oleh
para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan
stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan
tak pernah lepas dari tangannya.
Saat
merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh
sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan
bermimpi... Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda
selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas,
sehingga layak dijuluki "raja jalanan". Namun, pernahkah Anda tahu,
sang pendiri "kerajaan" Honda - Soichiro Honda - diliputi
kegagalan. Bagi Honda, janganlah melihat keberhasilan dalam
menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya.
"Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak
melihat 99% kegagalan saya", tuturnya. Ia memberikan petuah ketika
Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru.
Honda hampir
tidak percaya pada telinganya Honda merasa saat menunggu dipanggil belajar
menjadi montir itu benar-benar merupakan ujian ketabahan yang paling berat,
yang pernah dihadapinya seumur hidupnya. Di masa-masa setelah itu ia sudah
tidak takut lagi menghadapi rintangan apapun berkat ketabahan yang diperolehnya
selama menjadi kacung.
Honda yang selama kariernya tidak tahu banyak mengenai uang, Cuma mendapat keuntungan
Honda yang selama kariernya tidak tahu banyak mengenai uang, Cuma mendapat keuntungan
sedikit
sekali tahun pertama itu. Tetapi Honda merasa beruntung karena bengkelnya
sukses. Ia memutuskan untuk menabung dan memperkirakan selama masa kerjanya
akan mampu mengumpulkan sampai 1.000 yen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar